Oleh: Mangesti Waluyo Sedjati
Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara 1997 hingga 2012, kini mulai mendominasi angkatan kerja. Mereka adalah digital native, tumbuh di era internet, media sosial, dan teknologi yang berkembang pesat. Tidak mengherankan jika mereka memiliki perspektif dan harapan yang berbeda tentang dunia kerja dibanding generasi sebelumnya.
Namun, di banyak perusahaan, Gen Z dianggap sulit diajak bekerja sama. Mereka disebut kurang disiplin, sulit beradaptasi dengan budaya kerja konvensional, dan lebih sering berpindah-pindah pekerjaan. Apakah ini hanya stereotip, atau memang ada tantangan nyata dalam bekerja dengan Gen Z?
Karakteristik unik Gen Z dalam dunia kerja, tantangan yang muncul, data empiris tentang fenomena ini, serta solusi untuk menjembatani kesenjangan antar generasi.
Karakteristik Unik Gen Z dalam Dunia Kerja
1.1. Digital Natives: Melek Teknologi, Tapi Kurang dalam Komunikasi Tatap Muka
Gen Z tumbuh di lingkungan yang sangat digital. Mereka *terbiasa berkomunikasi melalui media sosial, email, dan platform pesan instan*, tetapi:
Kurang terbiasa dengan komunikasi langsung dan tatap muka.
Lebih nyaman dengan *meeting virtual dan pesan teks* dibanding diskusi langsung.
2.2. Mencari Makna dan Tujuan dalam Pekerjaan
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih fokus pada stabilitas dan gaji, Gen Z ingin pekerjaan mereka memiliki dampak sosial dan sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Data Empiris:
49% Gen Z memilih bekerja di perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka, meskipun gajinya lebih rendah. (Deloitte Global, 2023)
3.3. Fleksibilitas adalah Kunci
Gen Z menolak konsep kerja 9-to-5 yang kaku. Mereka lebih memilih:
Remote work atau hybrid work.
Jam kerja fleksibel, asalkan target tercapai.
4.4. Tidak Sabar dengan Hierarki yang Kaku
Gen Z ingin dihargai berdasarkan kapasitas dan ide, bukan hanya karena senioritas. Mereka lebih suka bekerja di lingkungan yang:
Transparan dan terbuka
Menghargai inovasi tanpa terlalu banyak birokrasi.
Baca Juga: DKI Kejar Target 28.000 Warga Dapat Lapangan Pekerjaan Tahun Ini
Mengapa Gen Z Dianggap Sulit Diajak Bekerja?
Meskipun memiliki banyak keunggulan, Gen Z juga sering dianggap sulit diajak kerja sama*. Berikut beberapa penyebabnya:
2.1. Kurangnya Pengalaman dalam Dunia Nyata*
Tidak terbiasa dengan tekanan kerja yang tinggi.
Kurang terlatih menghadapi konflik di tempat kerja
Lebih mudah mengalami burnout dan memilih resign
2.2. Sering Berpindah Pekerjaan (Job-Hopping)
Menurut laporan Gallup (2022), 65% pekerja Gen Z tidak loyal pada satu perusahaan dan lebih sering berpindah kerja dibanding generasi sebelumnya.
Alasan utama mereka keluar dari pekerjaan:
• Lingkungan kerja yang *tidak fleksibel
• Kurangnya kesempatan belajar dan berkembang
• Tidak cocok dengan budaya perusahaan
2.3. Ekspektasi Tinggi Terhadap Work-Life Balance
Gen Z tidak ingin hidupnya hanya untuk bekerja
Mereka lebih memilih perusahaan yang mendukung mental health, work-life balance, dan fleksibilitas
2.4. Kurang Terbiasa dengan Kritik dan Feedback Konstruktif
Karena tumbuh di era media sosial yang penuh validasi instan (likes, komentar positif, pujian online), mereka kurang terbiasa dengan kritik langsung dari atasan
Data Empiris:
• 49% manajer HR mengatakan bahwa Gen Z sulit menerima kritik dan sering defensif. (ResumeBuilder, 2023)
Baca Juga: Gubernur Kalteng Tegaskan Akhlak Harus Menjadi Budaya Kerja
3. Data Empiris: Apakah Benar Gen Z Sulit Diajak Kerja?
Beberapa survei membuktikan bahwa memang ada tantangan dalam bekerja dengan Gen Z:
ResumeBuilder (2023):*
• 49% manajer HR menilai Gen Z sulit diajak kerja sama.
• Mayoritas menganggap mereka kurang motivasi dan keterampilan komunikasi.
American Psychological Association (2022):
• Gen Z adalah generasi paling stres dibanding generasi sebelumnya.
• Mereka lebih cepat mengalami burnout dan sering mengajukan *resign dini.
Fenomena Career Catfishing di Inggris:
• 1 dari 3 Gen Z menerima tawaran kerja tetapi tidak muncul di hari pertama.
• Praktik ini jauh lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya.
4. Solusi: Bagaimana Mengoptimalkan Potensi Gen Z dalam Dunia Kerja?
Meskipun memiliki tantangan, Gen Z tetap memiliki potensi besar. Berikut beberapa solusi agar mereka bisa lebih mudah beradaptasi di dunia kerja:
4.1. Mengubah Cara Komunikasi
Gunakan pendekatan yang lebih transparan dan terbuka.
Kurangi gaya komunikasi yang terlalu hierarkis
Gunakan lplatform digital seperti Slack, Trello, atau Notion untuk koordinasi kerja.
4.2. Berikan Ruang untuk Fleksibilitas
Biarkan mereka bekerja secara hybrid atau remote jika memungkinkan
Fokus pada hasil kerja, bukan hanya kehadiran fisik di kantor.
4.3. Sediakan Program Pengembangan Karier
Gen Z ingin belajar dan berkembang, jadi perusahaan perlu menyediakan:
Program mentoring.
Kesempatan training dan workshop.
Jenjang karier yang jelas.
4.4. Bangun Budaya Feedback yang Lebih Adaptif
Feedback harus diberikan dengan cara yang lebih kolaboratif dan tidak menghakimi.
Gunakan metode seperti one-on-one coaching dan peer review.
4.5. Fokus pada Work-Life Balance
Berikan dukungan terhadap kesehatan mental.
Tawarkan kebijakan seperti *cuti tambahan dan jam kerja fleksibel*.
Kesimpulan: Gen Z Bukan Masalah, Tapi Cara Kita Memahaminya
Stereotip bahwa Gen Z sulit diajak kerja muncul karena adanya kesenjangan antara ekspektasi mereka dan budaya kerja yang masih berbasis generasi sebelumnya.
Jika dikelola dengan baik, Gen Z bisa menjadi tenaga kerja yang inovatif, kreatif, dan berkontribusi besar bagi perusahaan.
Mereka bukan generasi yang malas, hanya saja mereka membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Perusahaan yang mampu memahami kebutuhan mereka akan mendapatkan keuntungan besar dari talenta muda yang memiliki visi, keterampilan digital, dan semangat perubahan. Jadi, apakah kita siap untuk beradaptasi dengan mereka?
Penulis: Ketua Majelis Ilmu Baitul Izzah
Editor : Redaksi