Oleh: Wibisono
Perang terbuka antara antara Israel dan Iran, serta Rusia dan Ukraina yang terjadi di dua kawasan itu dikhawatirkan dapat menimbulkan perang regional yang memicu pada perang dunia ketiga. Kemudian, yang perlu dicermati bersama bahwa hubungan antara AS dan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir ini terus memburuk. Ketegangan antara keduanya diperburuk oleh pandemi.
Baca Juga: Dewan Pembina LPKAN: Danantara Badan Usaha Atau Yayasan?
Di antaranya saat KTT Alaska, ketegangan kedua negara yang memiliki hak veto di PBB itu terus berlanjut, meskipun dua negara tersebut telah mengisyaratkan bahwa mereka terbuka untuk bekerja sama dalam isu-isu yang menjadi kepentingan global.
Namun di tengah ketegangan ini, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik berupaya mengelola dengan cermat kebutuhan untuk di satu sisi, mengamankan kemitraan perdagangan dengan China dan, di sisi lain, menjaga hubungan keamanan dengan AS. Bagi bisnis Asia, hal ini menambah lingkungan risiko geopolitik yang meningkat.
Riset terbaru dirilis Lembaga think tank geopolitik terkemuka asal Australia, Lowy Institute. Lembaga ini mengungkapkan fakta bahwa ada ketegangan tinggi di Indo-Pasifik yang bisa menciptakan risiko perang.
Ini disebabkan oleh polarisasi kekuatan antara kubu China dan juga AS. Belum lagi perlombaan senjata di kawasan.Ini (bukan hanya) melibatkan AS dan China, tetapi juga melibatkan banyak pemain lain seperti India, Jepang, dan negara-negara Asia Tenggara yang lebih kecil seperti Vietnam yang memiliki sengketa maritim dengan China.
Baca Juga: Fenomena Efisiensi Anggaran Terhadap #Kaburajadulu dan #Indonesia Gelap
Meski demikian, dari data yang sama terlihat bahwa setidaknya ada 26 negara terkuat di Asia Pasifik. Lowy menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara paling kuat di kawasan.
Bagaimana peran Indonesia?
Di riset yang sama, Lowy juga secara khusus menyoroti Indonesia. RI untuk pertama kalinya masuk dalam 10 besar negara terkuat di wilayah ini.
Baca Juga: Tagar KaburAjaDulu, Pengamat: Sebuah Keresahan Generasi Muda Terhadap Masa Depan Bangsa
Hal itu akibat banyaknya negara dunia yang menganggap Jakarta sebagai pusat diplomasi baru kawasan ini, utamanya di wilayah ASEAN. RI naik peringkat dari sebelumnya, dengan skor 19,4 namun dengan tren kekuatan turun 0,5 dari tahun lalu.
"Indonesia untuk pertama kalinya mencapai posisi sepuluh besar dalam Indeks. Jakarta kini mengungguli Singapura sebagai pemain paling berpengaruh secara diplomatis di Asia Tenggara, jadi peran strategis Indonesia dalam menjaga kawasan pertahanan diwilayah indoPasific, ini sangat penting untuk ikut berperan sebagai motor di ASEAN, kita harus siap siap menghadapi segala resiko dan ancaman kekuatan AS yang selalu ambil peran dalan situasi negara yang sedang berkonflik.
Penulis: Pengamat Militer dan Pertahanan
Editor : Redaksi