JAKARTA, HINews - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai gestur calon wakil presiden (Cawapres) 02 Gibran Rakabuming Raka yang sering terlihat memberi salam sambil menunduk-nunduk, merupakan suatu kamuflase yang bertujuan untuk menciptakan citra positif di mata publik.
Ray Rangkuti menyatakan pandangan negatif terhadap Gibran Rakabuming Raka terutama terkait sikap songong yang telah menjadi fenomena populer di media sosial.
Baca Juga: Pakar Filsafat Politik Ini Berikan 4 Catatan Kritis Terhadap Debat Cawapres Kedua
Ia menilai bahwa selama debat, sikap dan cara berbicara Gibran memberikan kesan negatif yang tinggi terhadapnya.
"Itulah salah satu makna dari debat itu. Menggambarkan bukan saja isi otak, bukan saja isi kepala, cara berdebat macam-macam termasuk attitude mannernya gitu," jelas Ray Rangkuti dalam wawancaranya di YouTube KAISAR TV, dikutip Harnasnews, Senin (29/1/2024).
Menurut dia, sikap dan gerak-gerik yang dipertontonkan anak Sulung Presiden Joko Widodo selama kampanye sebetulnya tak mencerminkan secara akurat kepribadian dan nilai-nilai hidup Gibran.
Baca Juga: Gibran Tampak Kebingungan Saat Ditanya Siswa SMK Terkait Pembangunan IKN
Ray menilai, bahwa tampilan bersalaman sambil menunduk merupakan salah satu contoh kamuflase yang digunakan untuk mendapatkan simpati publik.
Ia berpendapat bahwa etika yang seharusnya menjadi substansial dan penting seringkali diabaikan atau bahkan ditentang.
Baca Juga: Ulah Gibran Kembali Jadi Sorotan Publik
"Istilah saya itu dikesankan seolah-olah rajin salat, tapi salat sunat, salat wajibnya malah enggak," beber Ray.
Ray mengungkapkan bahwa gestur seperti salam sambil menunduk dapat memberikan kesan bahwa seseorang memiliki etika tinggi, padahal hal tersebut mungkin hanya dipertunjukkan sebagai strategi untuk membangun citra positif di mata masyarakat. **
Editor : Redaksi