Oleh: Mangesti Waluyo Sedjati
Penurunan daya beli konsumen menjadi tantangan besar bagi dunia bisnis, terutama di sektor *lritel dan digital. Berbagai faktor seperti inflasi, kenaikan harga bahan pokok, ketidakpastian ekonomi global, serta perubahan pola konsumsi akibat digitalisasi memperburuk situasi ini.
Di tengah kondisi ini, banyak perusahaan yang mengalami penurunan omzet dan kesulitan mempertahankan profitabilitas. Namun, di sisi lain, ada juga bisnis yang berhasil beradaptasi dan tetap tumbuh dengan strategi yang tepat.
1. Penyebab Penurunan Daya Beli Konsumen
Jatuhnya daya beli konsumen tidak terjadi tanpa sebab. Berikut beberapa faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini:
1.1. Inflasi dan Kenaikan Harga Barang/Jasa
Inflasi global pada 2023 mencapai rata-rata 6,7%, dengan beberapa negara berkembang mengalami inflasi di atas 10% (Bank Dunia).
Harga kebutuhan pokok naik, sementara *pendapatan masyarakat tidak bertambah dengan kecepatan yang sama.
Dampaknya:
• Konsumen lebih selektif dalam pengeluaran.
• Produk premium mengalami penurunan permintaan.
• Kebutuhan sekunder dan tersier semakin ditinggalkan.
1.2. Ketidakpastian Ekonomi Global dan Domestik
Krisis geopolitik, seperti perang di Eropa Timur dan ketegangan dagang antara AS dan China, memperburuk situasi ekonomi global.
Perlambatan ekonomi menyebabkan peningkatan angka PHK dan stagnasi pendapatan masyarakat.
Dampaknya:
• Konsumen mengurangi belanja besar dan lebih fokus pada kebutuhan esensial.
• Bisnis ritel offline semakin terpukul karena penurunan lalu lintas pelanggan.
1.3. Perubahan Pola Konsumsi akibat Digitalisasi
Konsumen kini lebih memilih belanja online dan membandingkan harga melalui platform e-commerce.
L80% konsumen membandingkan harga online sebelum membeli (McKinsey, 2023).
Dampaknya:
• Ritel tradisional yang tidak adaptif mengalami kesulitan bertahan.
• Model bisnis berbasis langganan atau Buy Now, Pay Later (BNPL) semakin populer.
1.4. Penurunan Pendapatan dan Ketimpangan Ekonomi
Banyak perusahaan memotong gaji dan melakukan efisiensi tenaga kerja.
50% masyarakat di negara berkembang mengalami stagnasi atau penurunan pendapatan dalam 2 tahun terakhir (OECD, 2023).
Dampaknya:
• Konsumen lebih menunda pembelian barang non-esensial.
• Brand kelas menengah mengalami penurunan omzet.
2. Dampak Penurunan Daya Beli terhadap Sektor Ritel dan Digital
Turunnya daya beli memiliki efek domino yang besar terhadap berbagai sektor bisnis, khususnya ritel dan digital.
2.1. Penurunan Transaksi dan Omzet Bisnis
Penjualan ritel global turun 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya (Retail Industry Report, 2023).
E-commerce tetap tumbuh, tetapi laju pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
2.2. Pergeseran Preferensi Konsumen ke Produk Lebih Murah
Konsumen cenderung *beralih ke produk ekonomis dan menghindari merek mahal.
Fast fashion dan private label seperti Uniqlo dan H&M tetap tumbuh karena harga lebih terjangkau.
2..3. Adaptasi Industri Ritel terhadap Konsumsi Baru
Banyak brand menerapkan strategi diskon besar, paket hemat, dan layanan BNPL untuk menarik pelanggan.
Diversifikasi produk untuk menawarkan varian lebih terjangkau bagi pelanggan yang lebih sensitif terhadap harga.
3. Strategi Bisnis untuk Bertahan dan Tetap Kompetitif
Bagaimana bisnis bisa bertahan di tengah situasi ini? Berikut strategi utama yang dapat diterapkan:
3.1. Penyesuaian Harga dan Model Bisnis
Strategi bundling dan diskon Menawarkan harga paket lebih murah untuk meningkatkan daya tarik.
Segmentasi pasar
Menyediakan versi produk yang lebih murah untuk menjangkau segmen menengah ke bawah.
Menawarkan opsi pembayaran fleksibel seperti BNPL dan cicilan tanpa kartu kredit.
3.2. Inovasi Produk dan Layanan
Menyesuaikan ukuran produk Contoh: Makanan kemasan versi mini agar lebih terjangkau.
Produk berkualitas dengan harga terjangkau
Contoh sukses: Uniqlo menawarkan basic wear berkualitas dengan harga kompetitif.
3.3. Optimalisasi Operasional dan Efisiensi
Mengurangi biaya produksi dengan sourcing lebih efisien.
Meningkatkan efisiensi logistik untuk menekan ongkos distribusi.
Otomatisasi proses bisnis untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja berlebih.
3.4. Pemanfaatan Digitalisasi dan Pemasaran Berbasis Data
Memanfaatkan big data untuk memahami preferensi konsumen.
Pemasaran digital berbasis media sosial untuk menjangkau konsumen dengan biaya lebih efisien.
Model belanja hybrid (online dan offline) agar tetap relevan dengan perubahan perilaku pelanggan.
3.5. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan
Program reward dan loyalty points untuk mempertahankan pelanggan.
Personalisasi pengalaman pelanggan melalui rekomendasi berbasis AI dan CRM.
Layanan pelanggan yang responsif untuk meningkatkan kepuasan dan retensi.
4. Studi Kasus: Perusahaan yang Berhasil Beradaptasi di Tengah Krisis
4.1. Inditex (Zara, Bershka, Pull & Bear)
Strategi: Fast fashion dengan koleksi yang cepat berubah dan harga lebih kompetitif dibanding brand mewah.
Hasil: Tetap bertumbuh meskipun daya beli turun karena mampu memenuhi permintaan fashion yang lebih terjangkau.
4.2. McDonald’s
Strategi: Paket hemat, diskon, dan varian produk lebih murah.
Hasil:Meningkatkan volume transaksi meskipun harga jual per unit lebih rendah, menjaga cash flow tetap stabil.
5. Prediksi Tren Konsumen dan Ekonomi di Masa Depan
Belanja hemat akan menjadi kebiasaan baru.
Digitalisasi ritel akan semakin dominan.
Merek yang fleksibel dan inovatif lebih mungkin bertahan.
Kesimpulan: Adaptasi atau Tenggelam
Di tengah jatuhnya daya beli, bisnis harus lebih fleksibel dan strategis untuk bertahan. Menyesuaikan harga, inovasi produk, efisiensi operasional, serta digitalisasi dan loyalitas pelanggan adalah kunci utama.
Dengan strategi yang tepat, bisnis tidak hanya bisa bertahan tetapi juga berkembang di tengah tantangan ekonomi.
Bisnis yang mampu beradaptasi akan tetap relevan, sementara yang gagal berubah akan tertinggal dalam pusaran krisis ekonomi.
Penulis: Ketua Majelis Ilmu Baitul Izzah
Editor : Redaksi