Jelang Akhir Jabatan, Jokowi Ciptakan Musuh Politik

Presiden Joko Widodo (Ist)
Presiden Joko Widodo (Ist)

JAKARTA, Hinews - Pengamat komunikasi politik Lely Arrianie menilai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh memiliki insting politik yang cukup tajam dalam memahami dinamika di pemerintahan Joko Widodo.

Padahal pada Pemilu sebelumnya, Surya Paloh dan Partai NasDem berani pasang badan dalam memenagkan pasangan Joko Widodo-Maruf Amin.

Baca Juga: Pengamat Politik Asing Ini Prediksi Prabowo Lebih Otoriter Jika Berhasil Menagi Pilpres

"Bahkan ada wartawan Metro tv yang merupakan milik pak Surya Paloh, sempet diintimidasi oleh lawan politik. Namun di akhir jabatan Jokowi, Pak Surya melihat adanya ketidakberesan Jokowi dalam mengatur tata kelola pemerintahannya," ujar Lely saat berbincang di salah satu tv nasional, Senin (13/11/2023).

Bukan hanya Surya Paloh yang kecewa terhadap kebijakan Jokowi, Ketua Umum PDI Perjuangan yang selama ini menjadi partai dimana mantan Wali Kota Solo itu bernaung, di akhir jabatan Jokowi justru tidak mau fatsun terhadap keputusan partai.

Padahal, dalam keputusannya DPP PDI Perjuangan menunjuk Ganjar Pranowo sebagai Capres, namun Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Jokowi yang juga saat itu tercatat masih menjadi kader PDI Perjuangan itu malah didorong menjadi Cawapres untuk mendampingi Prabowo Subianto.

Baca Juga: Prabowo Minta TKN Tidak Berbuat Curang

"Masuknya Gibran untuk mendampingi Prabowo bukan tanpa sepengetahuan Jokowi. Namun di sini Jokowi seolah bahwa Gibran melakukan keputusan tersebut tanpa cawe-cawe dirinya. Padahal masyarakat sudah tau bahwa apa yang dilakukan Gibran tentu sudah atas restu dari orang tuanya," tegasnya.

Menurut Lely, meski Presiden Jokowi kerap berkilah bahwa yang memilih dirinya adalah rakyat, namun yang harus difahami oleh Jokowi, bahwa rakyat tidak akan memilih jika partai tidak mengusungnya.

Baca Juga: Jika Dua Putaran Diprediksi Kalah, Paslon 02 Narasikan Pilpres Satu Putaran

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal dinamika politik yang melibatkan Mahkamah Konstitusi (MK) belakangan ini tak bisa dilepaskan dari Presiden Joko Widodo dan keluarga.

Pernyataan Megawati itu, kata Umam, menjadi tanda “perpisahan” PDI-P dengan Jokowi dan keluarga yang kini berada di kubu bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.**

Editor : Redaksi